Kamis, 24 Juni 2010

EValuasi pembelajaran

Evaluasi dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu
tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Fungsi utama evaluasi adalah
menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan

Sesuai pendapat Grondlund dan Linn
(1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu proses
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras
sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran.

Untuk memeperoleh informasi yang
tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran.
Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka
terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu.
Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment)
dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam
kegiatan evaluasi.

Evaluasi adalah proses mendeskripsikan,
mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran
merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi
pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar
untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar
siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup
kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya,
evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif,
penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya,
evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input,
proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.

Jenis-jenis
Evaluasi Pembelajaran

A. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan
dibedakan atas lima jenis evaluasi :

1. Evaluasi diagnostik

Evaluasi
diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.


2. Evaluasi selektif

Evaluasi
selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling
tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.


3. Evaluasi penempatan

Eva;uasi
penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam
program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.


4. Evaluasi formatif

5. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan
untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.


6. Evaluasi sumatif

Evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan
kemajuan bekajra siswa.

B. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :


1. Evaluasi konteks

Evaluasi
yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional
tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul
dalam perencanaan

2. Evaluasi input

Evaluasi
yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi
yang digunakan untuk mencapai tujuan.

3. Evaluasi proses

Evaluasi
yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.


4. Evaluasi hasil atau produk

Evaluasi
yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar
untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan
atau dihentikan.

5. Evaluasi outcom atau lulusan

Evaluasi
yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni
evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

C. Jenis evalusi berdasarkan lingkup
kegiatan pembelajaran :

1. Evaluasi program pembelajaran

Evaluais
yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,
strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.


2. Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi
yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis
besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.

3. Evaluasi hasil pembelajaran


Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan
siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun
khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.


D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan
subjek evaluasi

Berdasarkan objek :


1. Evaluasi input

Evaluasi
terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.


2. Evaluasi tnsformasi

Evaluasi
terhadao unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain
materi, media, metode dan lain-lain.

3. Evaluasi output

Evaluasi
terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.


Berdasarkan
subjek :

1. Evaluasi internal


Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah
sebagai evaluator, misalnya guru.

2. Evaluasi eksternal

3. Evaluasi yang dilakukan oleh orang
luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.

sumber

====================================


Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan
dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk
ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh dosen. Bentuk ujian
meliputi ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas
akhir. Pembobotan masing-masing unsur penilaian ditetapkan dengan
kesepakatan antara dosen pembina matakuliah dan mahasiswa berdasarkan
silabus matakuliah yang diatur dalam pedoman akademik masing-masing
fakultas/program studi setara fakultas dan program pascasarjana.

Suatu matakuliah (kecuali matakuliah seminar, kuliah
kerja, magang, praktek lapangan, dan tugas akhir) boleh diujikan pada
akhir semester apabila jumlah pertemuan/tatap muka sekurang-kurangnya
80% dari total tatap muka. Mahasiswa dapat mengikuti ujian akhir
semester apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  1. kehadiran ≥ 75% dari jumlah tatap muka untuk setiap
    matakuliah yang diprogram, kecuali ada alasan yang dapat
    dipertanggungjawabkan; dan

  2. memenuhi
    ketentuan lain yang ditetapkan oleh fakultas/program studi setara
    fakultas.

Mahasiswa diperkenankan
mengikuti ujian susulan apabila sakit atau melaksanakan tugas dari
institusi. Prosedur ujian susulan sebagai berikut:

  1. mahasiswa mendaftar ujian susulan secara on-line dan
    mencetak formulir persetujuan (F1) dari SIAKAD serta melampirkan surat
    dokter atau surat tugas;

  2. mahasiswa
    meminta persetujuan kepada dosen pengampu/pembina matakuliah dengan
    membawa formulir Permohonan Ujian Susulan (F1);

  3. mahasiswa menyerahkan formulir persetujuan ujian susulan
    yang telah ditandatangani oleh dosen pengampu/pembina matakuliah kepada
    Operator Program Studi/Jurusan untuk dimintakan persetujuan Ketua
    Jurusan;

  4. mahasiswa menyerahkan
    formulir persetujuan ujian susulan yang telah ditandatangani oleh Ketua
    Jurusan kepada Operator Fakultas untuk dimintakan persetujuan Dekan atau
    Pembantu Dekan I.

Mahasiswa dapat
mengikuti ujian tugas akhir (laporan, skripsi, tesis, atau disertasi),
apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  1. telah menyelesaikan semua matakuliah yang ditentukan
    oleh fakultas/ program studi setara fakultas tanpa nilai E dengan IPK ≥
    2,00, PP ≥ 85% (untuk Ilmu-ilmu Kesehatan PP ≥ 90%); dan

  2. ketentuan lain yang ditetapkan oleh fakultas/program
    studi setara fakultas dan program pascasarjana. Penilaian prestasi hasil
    belajar mahasiswa dikelompokkan berdasarkan kriteria rentang nilai.
    Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.4 Pengelompokan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa

Huruf

Nilai

Rentang
Nilai

Penggolongan

A

4,0

80
- 100

Sangat baik

B

3,0

70
- 79

Baik

C

2,0

60 - 69

Cukup

D

1,0

50
- 59

Kurang

E

0

0 - 49

Sangat
kurang

Matakuliah dengan
nilai B, C, dan D pada semua program pendidikan dapat diprogram ulang.
Semua matakuliah yang diprogram ulang, nilai yang diakui adalah nilai
yang diperoleh pada program terakhir.

Di samping
evaluasi pembelajaran terhadap kemajuan belajar mahasiswa, juga
dilakukan evaluasi terhadap proses belajar-mengajar. Pelaksanaan
evaluasi proses belajar-mengajar dilakukan oleh fakultas/program studi
setara fakultas. Komponen yang dievaluasi meliputi:

  1. kelengkapan dan kesesuaian antara perencanaan (silabus)
    dan pelaksanaan pembelajaran;

  2. kesesuaian
    antara sarana dan tujuan pembelajaran; dan

  3. peran serta mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.

sumber
====================================

PENGEMBANGAN EVALUASI PEMBELAJARAN


(TEORI DAN PRAKTIK)













MAKALAH













Disampaikan Dalam Rangka Workshop Monev Pelaksanaan KTSP

Bagi Guru MI, MTs, dan MA Di Lingkungan Departemen Agama

Provinsi Jawa Barat Pada Tanggal 01-02 September 2009











Disusun Oleh :

Drs.Zainal Arifin, M.Pd.

Lektor Kepala Pada FIP-UPI























JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI
PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

B A N D U N G

2009

BAB I

KONSEP
DASAR EVALUASI




A. Pengertian
Evaluasi

1. Dalam
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21
dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

2. Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I
pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik”.

3. Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003 : 1) secara eksplisit
mengemukakan bahwa antara evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan
perbedaan.

Persamaannya
adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai
sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya.
Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit
dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang
menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti
guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik
guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari
sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih
luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang
disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun
pada level yang luas.



4. Istilah pengukuran (measurement) mengandung arti “the
act or process of ascertaining the extent or quantity of something”

(Wand and Brown dalam Zainal Arifin, 1991). Hopkins dan Antes (1990)
mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses yang menghasilkan gambaran
berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri (atribute)
tentang suatu objek, orang atau peristiwa”. Dengan demikian, evaluasi
dan penilaian berkenaan dengan kualitas daripada sesuatu,
sedangkan pengukuran berkenaan dengan kuantitas (yang menunjukkan
angka-angka) daripada sesuatu. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran
diperlukan alat ukur yang standar, baik dalam tes maupun nontes.

5. Tes adalah alat atau cara yang sistematis untuk mengukur
suatu sampel perilaku. Sebagai suatu alat ukur, maka di dalam tes
terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik. Tes yang baik adalah tes yang memenuhi
persyaratan validitas (ketepatan/kesahihan) dan reliabilitas(ketetapan/keajegan).

B. Tujuan dan Fungsi
Evaluasi

1. Secara
umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus, tujuan
evaluasi adalah untuk : (a) mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan, (b) mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching
, dan (c) mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi
pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media
maupun sumber-sumber belajar.

2. Depdiknas (2003 : 6) mengemukakan tujuan evaluasi
pembelajaran adalah untuk (a) melihat produktivitas dan efektivitas
kegiatan belajar-mengajar, (b) memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan
guru, (c) memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program
belajar-mengajar, (d) mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi
oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan
(e) menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai
dengan kemampuannya.

3. Fungsi evaluasi adalah (a) secara psikologis, peserta didik
perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan
ketenangan, (b) secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti
dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat
dengan segala karakteristiknya, (c) secara didaktis-metodis, evaluasi
berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada
kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya
masing-masing, (d) untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara
teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang,
(e) untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh
program pendidikannya, (f) untuk membantu guru dalam memberikan
bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan,
jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas, (g) secara administratif,
evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta
didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur,
termasuk peserta didik itu sendiri.

4. Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu
sendiri, yaitu : (a) formatif, yaitu memberikan feed back
bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran
dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai
sepenuhnya materi yang dipelajari, (b) sumatif, yaitu mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan
angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan
perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar, (c)
diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik
(psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar,
(d) seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar
untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan
kemampuannya.

C. Prinsip-prinsip
Pelaksanaan Evaluasi


Prinsip-prinsip umum evaluasi
adalah : kontinuitas, komprehensif, objektivitas, kooperatif, mendidik,
akuntabilitas, dan praktis. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran
hendaknya (a) dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang
harus dievaluasi, materi yang akan dievaluasi, alat evaluasi dan
interpretasi hasil evaluasi, (b) menjadi bagian integral dari proses
pembelajaran, (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan
berbagai alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif, (d) diikuti dengan
tindak lanjut. Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip
keterpaduan, prinsip berorientasi kepada kompetensi dan kecakapan
hidup, prinsip belajar aktif, prinsip koherensi, dan prinsip
diskriminalitas.

D. Ruang
Lingkup Evaluasi Pembelajaran


Sesuai dengan petunjuk pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam
perspektif penilaian berbasis kelas adalah :

1. Penilaian
kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi dasar pada hakikatnya
adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta
didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.

2. Penilaian
Kompetensi Rumpun Pelajaran. Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari
mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian,
kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik
setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.

3. Penilaian
Kompetensi Lintas Kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum merupakan
kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam
kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar
sepanjang hayat dan kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta
didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian
ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil
belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.

4. Penilaian
Kompetensi Tamatan. Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang
tertentu.

5. Penilaian
Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup. Penguasaan berbagai kompetensi
dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan
kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberikan
efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life
skills)
. Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui
berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana
kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain :

a. Keterampilan
diri (keterampilan personal) : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan
YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.

b. Keterampilan
berpikir rasional : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis,
terampil menyusun rencana dan memecahkan masalah secara sistematis.

c. Keterampilan
sosial : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan
bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan
mengelola konflik; keterampilan mempengaruhi orang lain.

d. Keterampilan
akademik : keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil
penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan
mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan
masalah, baik berupa proses maupun produk.

e. Keterampilan vokasional : keterampilan
menemukan algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu tugas;
keterampilan melaksanakan prosedur; keterampilan mencipta produk dengan
menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.

BAB II

TEKNIK DAN BENTUK EVALUASI

Secara
keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai
berikut :



icon> icon>









































A. Tes

Tes adalah suatu teknik atau cara
dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang didalamnya terdapat
berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai
tentang perilaku anak didik tersebut.

Berdasarkan jumlah
peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes
kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari sudut penyusunannya, tes hasil
belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes
buatan guru (teacher-made test) dantes yang distandardisasi (standardized test).

1. Tes
tertulis (written test), yaitu tes yang menuntut jawaban dari
siswa secara tertulis. Tes tertulis diberikan kepada seorang atau
sekelompok murid pada waktu, tempat, dan untuk soal tertentu.

a. Tes
uraian (essay test) adalah tes yang menuntut anak untuk
menguraikan jawabannya secara tertulis dengan kata-kata sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gayanya sendiri. Tes uraian sering disebut juga tes
subjektif. Tes uraian ada dua bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian
bebas.

Contoh
uraian terbatas :

1) Jelaskan bagaimana masuknya Islam di Indonesia dilihat
dari segi ekonomi dan politik.

2) Sebutkan lima rukum Islam !

Contoh
uraian bebas :

1) Jelaskan
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia !

2) Bagaimana
peranan pendidikan Islam dalam memecahkan
masalah-masalah pokok pendidikan di Indonesia ?

Untuk
mengoreksi tes uraian, ada tiga cara yang dapat digunakan, yaitu (1) whole
method, yaitu metode per nomor, (2) separated method,
yaitu metode per lembar, dan (3) cross method, yaitu
metode bersilang. Dalam pelaksanaan pengoreksian, guru boleh memilih
salah satu di antara ketiga metode tersebut, atau mungkin menggunakannya
secara bervariasi. Hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan.



KARTU TELAAH SOAL BENTUK
URAIAN






















Nomor

Soal
: Perangkat :





No

ASPEK YANG DITELAAH

Ya

Tidak

A. Materi

01

Soal sesuai dengan
indikator





02

Batasan pertanyaan dan
jawaban yang diharapkan jelas





03

Isi materi sesuai dengan
tujuan tes.





04

Isi materi sesuai dengan
jenjang, jenis sekolah, dan kelas.





B. Konstruksi

05

Rumusan kalimat soal atau
pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut
jawaban terurai.





06

Ada petunjuk yang jelas
tentang cara mengerjakan soal.





07

Ada pedoman penskoran.





08

Gambar, grafik, tabel,
diagram, dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.





C. Bahasa

09

Rumusan kalimat soal
komunikatif.





10

Butir soal menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.





11

Rumusan soal tidak
menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.





12

Tidak menggunakan bahasa
lokal/daerah.





13

Rumusan soal tidak
mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.







Catatan :













b. Tes
objektif

Tes objektif (objective
test)
menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar
diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban
singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.
Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta didik yang
menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi seperti kemampuan
mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan
mengaplikasikan prinsip-prinsip. Tes objektif terdiri atas beberapa
bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi
atau jawaban singkat.

1)
Bentuk Benar–Salah (true false) :

Contoh :

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada huruf B jika
jawabannya benar dan huruf S bila jawabannya salah.

a) B
– S : Waqaf berarti menghentikan bacaan
karena ada tanda waqaf.

b) B
– S : Yaumul hasyri artinya hari kebangkitan.

c) B
– S : Surat Al-Fatihah termasuk surat Makiyyah.

d) B – S : Terbitnya matahari sebelah barat merupakan ciri
besar hari kiamat.

Bentuk benar-salah yang lain adalah jawabannya telah
disediakan, tetapi jawaban yang disediakan itu bukan B – S, melainkan Ya
– Tidak. Contoh :

a) Ya –
Tidak : Dajjal adalah seorang laki-laki dari kaum
Yahudi.

b) Ya –
Tidak : Dabbatul ardhi berarti keluarnya
binatang bumi.

c) Ya –
Tidak : Kematian manusia termasuk kiamat kubra.

d) Ya –
Tidak : Rahasia hari kiamat dijelaskan dalam al-Qur’an
surat al-Ikhlas.

Bentuk soal benar-salah dapat juga digunakan untuk mengukur
kemampuan tentang sebab-akibat. Contoh :

a) B – S : Sholat rawatib
dilaksanakan dua rakaat SEBAB sholat rawatib merupakan sholat sunat.

b) B – S : Nabi sangat
mencela orang yang lalai membayar hutang SEBAB hutang harus segera
dilunasi.

c) B – S : Pada malam
Idul Fitri umat Islam mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid
SEBAB malam Idul Fitri adalah malam menjelang 1 Syawal.

d) B – S : Puasa wajib dimulai tanggal 1 Ramadhan SEBAB puasa
diakhiri tanggal 1 Syawal.

e) B – S : Nikmat yang diberikan Allah wajib disyukuri SEBAB
nikmat Allah tak sama untuk setiap orang.

2)
Bentuk Pilihan-Ganda (multiple choice)

Soal tes
bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi. Bentuk pilihan-ganda terdiri atas
pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan
dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan (statement)
yang belum sempurna yang sering disebut stem. Sedangkan pilihan
jawaban itu mungkin berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan
sering disebut option.

Ada beberapa
jenis bentuk pilihan-ganda ini, antara lain:

a) Distracters,
yaitu option yang bukan merupakan jawaban yang benar. Contoh :

Salah satu tanda besar menjelang hari kiamat adalah :

a. Semua urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya

b. Munculnya Dajjal.

c. Banyak terjadi pembunuhan dimana-mana

d. Beratnya orang Islam untuk menjalankan syariat agamanya

e. Minuman keras sudah dianggap biasa

b) Analisis
hubungan antar hal, yaitu untuk melihat kemampuan peserta didik dalam
menganalisis hubungan antara pernyataan dengan alasan (sebab-akibat).
Contoh :

Pada
soal di bawah ini terdapat kalimat yang terdiri atas pernyataan (statement)
dan alasan (reason).

Pilihan:

1. Jika
pernyataan benar, alasan benar, dan alasan merupakan sebab dari
pernyataan.

2. Jika
pernyataan benar, alasan benar, tetapi alasan bukan merupakan sebab
dari pernyataan.

3. Jika
pernyataan benar, tetapi alasan salah

4. Jika
pernyataan salah, tetapi alasan benar.

5. Jika
pernyataan salah, dan alasan salah.

Soal:

Gubernur Jawa Barat tinggal di Bandung SEBAB Bandung merupakan
ibu kota provinsi Jawa Barat.

Penjelasan:

a. “Gubernur
Jawa Barat tinggal di Bandung” merupakan pernyataan yang benar.

b. “Bandung
merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat” merupakan alasan yang benar dan
merupakan sebab dari pernyataan.

Jawaban :
Jadi, jawaban yang betul adalah A.

c) Variasi
negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa
kemungkinan jawaban dan disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah.
Tugas siswa adalah memilih jawaban yang salah tersebut. Contoh :

Teladan yang bisa
diambil dari kisah Nabi Musa a.s adalah, kecuali :

a.
Menolong tanpa pamrih

b.
Konsekwen terhadap janji

c.
Berani menegakkan kebenaran

d. Sikap ragu-ragu.

d) Variasi
berganda, yaitu memilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya
betul, tetapi ada satu jawaban yang paling betul. Tugas siswa adalah
memilih jawaban yang paling betul itu. Contoh :

Para siswa
hendaknya menghormati ...

a.
sesama teman

b.
guru-gurunya

c.
orang tuanya

d. teman,
guru, dan orang tuanya

e) Variasi
yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki
beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas siswa adalah
mencari satu kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapinya. Contoh :

Surat Al-Fatiha disebut juga sab’ul matsani. Artinya
...

a. 5 ayat yang dibaca . . . . .

b. 6 ayat yang dibaca . . . . .

c. 7 ayat yang dibaca . . . . .

d. 8 ayat yang dibaca . . . . .



3)
Bentuk Menjodohkan (matching)

Soal tes
bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan ganda.
Perbedaannya adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan option,
kemudian testi tinggal memilih salah satu option yang diberikan.
Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya disusun pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah
kiri menunjukkan kumpulan soal dan kolom sebelah kanan menunjukkan
kumpulan jawaban. Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak
dari jumlah soal. Contoh 1 :

Petunjuk : Di bawah ini terdapat dua
daftar, yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang terdapat pada
daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Anda harus
mencari pasangan-pasangan itu. Tulislah nomor kata yang anda pilih itu
di depan pasangannya masing-masing.

iconaftar A Daftar B

. . . . . . . . . . sunat
1. Halal

. . . . . . . . . . al-Ikhlas
2. Sorga

. . . . . . . . . . Haram
3. Idzhar

. . . . . . . . . . Neraka
4. Wajib

. . . . . . . . . . Makhroj
5. Ikhfa

6. Surat

7. Tajwid

Contoh 2 :

Petunjuk : Berikut ini terdapat dua
buah daftar nama. Sebelah kiri adalah pengertian, sedangkan sebelah kanan adalah istilah. Pilihlah pengertian tersebut
sesuai dengan nama konsepnya dengan menuliskan angka 1, 2, 3,
dan seterusnya pada tempat yang telah disediakan.

Pengertian
:
Istilah :

............: Ilmu membaca Al-Quran
1. Hadits

............: Tempat keluarnya huruf
2. Qana’ah

............: Perkataan Rasulullah
3. Tajwid

............: Perbuatan Rasulullah
4. Tasamuh


............: Sikap rela menerima
5. Makhraj


6. Sunah


7. Qalqalah





4)
Bentuk Jawaban Singkat (short answer) dan
Melengkapi (completion) :


Kedua bentuk
tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal bentuk
jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Contoh :

a) Siapakah malaikat
yang menanyai di alam kubur ?

b) Apa nama agamamu ?

c) Siapa nama Tuhan-mu ?

d) Apa nama kitab sucimu
?

e) Apa nama kiblatmu ?

Sedangkan soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan
dalam kalimat yang tidak lengkap. Contoh :

a) Alam barzakh disebut
juga alam .................

b) Nabi Musa a.s lahir
pada zaman raja .......... di negeri
.............

c) Hadis adalah .....
Rasulullah, sedangkan sunnah adalah ..... Rasulullah.

d) Neraka jahannam diperuntukkan bagi orang-orang .............

e) Hukum akikah adalah sunah ....................

Cara
mengoreksi bentuk tes objektif :


Sesudah item
disusun, kemudian diadakan tes, maka selanjutnya kita mengoreksi jawaban
siswa dari tiap item yang diberikan. Untuk mengoreksi jawaban tersebut
kita harus menggunakan kunci jawaban (scoring key) sebagai acuan
dan patokan yang pokok. Jika kunci jawaban ini sudah disediakan, maka
siapapun dapat mengoreksi jawaban tersebut secara cepat dan tepat.

2. Tes
Lisan (oral test), yaitu suatu bentuk tes yang menuntut jawaban
siswa dalam bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban
dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah
yang diberikan.

3. Tes
Perbuatan (performance test), yaitu bentuk tes yang menuntut
jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta
didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.
Misalnya, coba praktikkan bagaimana cara melaksanakan sholat yang baik
dan benar.



4. Jenis
Tes Hasil Belajar

a. Tes
formatif

Tes formatif
dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar
berlangsung, untuk memberikan balikan (feed back) bagi
penyempurnaan program belajar-mengajar, serta untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil
belajar-mengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes formatif ada yang
mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning
tasks)
dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tes
formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk
menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-referenced
test.
Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran
sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab data-data yang
diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar
siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika
dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru
terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun
berikutnya

b. Tes
Sumatif

Tes sumatif
diberikan saat satuan pengalaman belajar dianggap telah selesai. Tes
sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan apakah seorang siswa
berhasil mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan atau
tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan angka berdasarkan
tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya dipakai sebagai angka
rapor. Ujian akhir dan ulangan umum pada akhir caturwulan atau semester
termasuk ke dalam tes sumatif. Hasil tes sumatif jga dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan proses pembelajaran. Tes sumatif termasuk norm-referenced
test
. Cakupan materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi
tingkat mudah, sedang, dan sulit.

c. Tes
Penempatan (placement test)

Pada umunya
tes penempatan dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan utamanya
adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program
belajar dan sampai di mana peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran (kompetensi dasar) sebagaimana yang tercantum dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mereka. Dalam hubungan dengan tujuan
yang pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan siswa menghadapi
program yang baru, sedangkan untuk yang kedua berkaitan dengan
kesesuaian program pembelajaran dengan siswa.

d. Tes
Diagnostik

Tes
diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami
peserta didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik
memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan
kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan
difokuskan pada kesulitan. Tes diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum
suatu pelajaran dimulai. Tes diagnostik diadakan untuk menjajaki
pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang telah dikuasai mereka,
apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan
tertentu yang diperlukan untuk dapat mengikuti suatu bahan pelajaran
lain. Oleh karena itu, tes diagnostik semacam itu disebut juga test
of entering behavior.


B.
Nontes

Para ahli
berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar, kita
harus menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil-hasil pelajaran
bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan
menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes
perbuatan. Adapun perubahan sikap dan petumbuhan peserta didik dalam
psikologi hanya dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi,
wawancara, skala sikap, angket, check list, dan rating scale.



BAB III

PROSEDUR EVALUASI
PEMBELAJARAN


Prosedur yang dimaksud
adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan
evaluasi, yaitu : (1) membuat perencanaan, yang meliputi : menyusun
kisi-kisi dan uji-coba, (2) mengumpulkan data, (3) mengolah data, (4)
menafsirkan data, dan (5) menyusun laporan

A. Membuat Perencanaan
Evaluasi
1. Menyusun Kisi-kisi (Layout/Blue-Print/Table of
Specification)


Kisi-kisi adalah suatu
format yang berisi komponen identitas dan komponen matriks untuk
memetakan soal dari berbagai topik/ satuan bahasan sesuai dengan
kompetensi dasarnya masing-masing. Fungsi adalah sebagai pedoman bagi
guru untuk membuat soal menjadi tes. Adapun syarat-syarat kisi-kisi yang
baik adalah :

a. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.

b. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan
mudah dipahami.

c. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan
indicator dan bentuk soal yang ditetapkan.

Contoh
Kisi-kisi Soal :


Nama Madrasah :……………………


Program/Jurusan : ……………………


Mata Pelajaran : ……………………


Semester / Tahun : ……………………


Kurikulum Acuan : ……………………


Alokasi Waktu : ……………………


Jumlah Soal : ……………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar