Manusia merupakan mahluk yang unik. Secara fisik manusia merupakan mahluk yang paling lemah, namun karena kelemahannya itulah manusia termotivasi untuk menjadi survive dalam kehidupan ini. Untuk dapat bertahan dalam kehidupan ini, manusia mengunakan akal budinya (dalam konteks hindu menggunakan idepnya). Dari akal budi ini akan timbul rasa ingin tahu dan kebutuhan dalam kehidupan ini. Dengan akal budinya manusia dapat mengendalikan kelemahan jasmaninya, sehingga mereka dapat survive dalam kehidupan. Misalkan : Dengan akal budinya manusia membuat pesawat terbang untuk dapat terbang seperti burung, manusia membuat kapal selam untuk dapat hidup di air bagaikan ikan, manusia berpakaian untuk melindungi diri dari sengatan langsung sinar matahari, atau manusia melengkapi diri dengan berbagai persenjataan untuk melindungi diri dari serangan pihak lain.
Secara garis besar pikiran manusia bermuara pada dua hal, yaitu pikiran yang bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan pikiran manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pikiran manusia untuk memenuhi rasa ingin tahunya akan bermuara pada diperolehnya pengetahuan, sedangkan pikiran untuk memenuhi kebutuhan akan bermuara kepuasan.
alur_pikir
Rasa ingin tahu. Semenjak dilahirkan, manusia memang merupakan makhluk yang selalu ingin tahu. Selama rasa ingin tahu tersebut tidak dicegah oleh pihak luar, maka sepanjang hidupnya rasa ingin tahu akan terus berkembang dan berkembang, karena pada hakekatnya rasa ingin tahu tidak pernah terpuaskan. Pertanyaan-pertanyaan seperti “Apa itu?”, “Mengapa?” atau “Bagaimana?”, “siapa ?“, dan sejenisnya, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang mencerminkan rasa ingin tahu seseorang terhadap sesuatu hal. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong manusia untuk melakukan suatu proses (penelitian) untuk dapat menjawab rasa ingin tahu tersebut.
Misalkan seorang anak kecil bertanya kepada ibunya, “Ibu mengapa sekarang gelap ?” Bila misalnya dijawab dengan mengatakan karena lampu mati, maka anak akan memiliki pengetahuan baru bahwa gelap dapat disebabkan oleh lampu mati. Namun, kemudian akan timbul pertanyaan baru lagi “Ibu, mengapa lampu mati ?” misalkan sang ibu menjawab, karena ada gangguan suplay listrik, maka anak akan memiliki pengetahuan baru bahwa lampu mati karena ada gangguan suplay listrik. Anakpun kemudian dapat bertanya “Ibu, listrik itu apa ?” demikian seterusnya akan senantiasa muncul pertanyaan-pertanyaan baru dari pengetahuan baru yang telah dimiliki anak.
Nah, kalau seorang anak kecil sudah mulai bertanya-tanya semacam itu, artinya rasa ingin tahunya sudah mulai tampak. Pertanyaan-pertanyaan itu sering kali penuh humor yang segar, yang tak jarang menjadi sumber kemeriahan suatu keluarga. Namun, betapapun juga, tidak selamanya kita sebagai orang tua berhasil untuk menjawab dan mengolah pertanyaan-pertanyaan tersebut. Lantas bagaimana jawabannya? Haruskah diberikan jawaban yang tepat? atau cukup “dibohongin” saja? Sebagai wujud tanggungjawab, kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur. Adalah tidak elok untuk berbuat bohong pada anak-anak , karena akan memberikan pengaruh negatif bagi perkembangan anak itu sendiri. Pada umumnya orang tua sering kali merasa kewalahan menghadapi pertanyaan anak-anak mereka. Bahkan ada yang bingung dalam menjawab pertanyaan yang kadang-kadang terlampau sulit untuk dijelaskan kepada anak-anak. Kejujuran bukanlah selalu harus mampu menjawab dengan tepat, tapi kejujuran adalah sebuah proses yang harus ditanamkan kepada anak. Sesungguhnya, pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul pada anak semestinya harus didorong untuk anak senantiasa dapat berkembang dengan baik.
Suatu jawaban terhadap pertanyaan anak, yang sesuai dengan umurnya dan tingkat pengertiannya, merupakan faktor penting yang menolong anak untuk berkembang ke arah yang baik, demikian sebaliknya bila jawaban terhadap pertanyaan tidak sesuai maka akan memberikan dampak buruk pada perkembangan anak. Yang patut disayangkan, manakala orang tua menghadapi pertanyaan anak secara tidak serius, terkadang pula keadaan mereka memaksa untuk meremehkan jawaban terhadap pertanyaan anak, atau menjawabnya dengan hambar, akibatnya maka kebutuhan akan pengenalan tidak dapat terpenuhi dan dapat menghambat perkembangan anak.
Akal budi manusia menyebabkan rasa ingin tahu manusia senantiasa selalu berkembang, setiap manusia memiliki rasa ingin tahu meskipun intensitas, kekuatan, dan bidang minatnya tidak selalu sama. Rasa ingin tahu menyebabkan manusia untuk senantiasa melakukan berbagai kegiatan dengan tujuan untuk mencari jawaban atas persoalan-persoalan yang muncul dalam pikirannya. Rasa ingin tahu sesungguhnya tidak akan pernah memberikan kepuasan yang kekal pada kita, karena senantiasa akan memunculkan rasa ingin tahu yang lainnya yang juga perlu di carikan jawabannya. Alur pemecahan rasa ingin tahu dapat digambarkan sebagai berikut :
alur_pikir_rasaingintahu
Kebutuhan, Disamping pemenuhan akan rasa ingin tahunya, manusia senantiasa memiliki usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap orang memiliki kebutuhan dalam hidup, kebutuhan itu dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut bertujuan untuk survive kehidupannya. Misalkan : Seorang bayi menangis, namun ketika ia telah digendong dan dibelai ibunya tangisnyapun hilang. Mungkin saja bayi itu menangis karena ketakutan melihat sesuatu sehingga ia membutuhkan perlindungan. Mana kala ia telah berada di dekapan ibunya maka bayi tersebut berhenti menangis karena kebutuhan rasa amannya telah terpenuhi. Contoh lainnya : Misalkan seseorang membutuhkan sebuah HP untuk dapat berkomunikasi dengan rekan-rekannya, maka manakala kebutuhan HP telah terpenuhi, maka ia akan merasakan kepuasan batin karena mereka telah dapat berkomunikasi dengan menggunakan HP keteman-temannya. Demikian, Pikiran manusia yang tertuju pada kebutuhan, bila telah berproses dan terpenuhi maka akan memberikan kepuasan pada diri yang bersangkuta.
Sekali lagi, bahwa ada dua hal yang dipikirkan manusia melalui akal budinya, yaitu pikiran untuk memenuhi rasa ingin tahu yang akan bermuara pada diperolehnya pengetahuan sedangkan pikiran yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup akan bermuara pada kepuasan pada individu bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar